Index : Tugas v-class Sistem Operasi
Materi Kuliah : Sistem Operasi
Pertemuan Ke : -
The New Trend High Availability Softswitch With IP PBX (Mr.Ono Purbo)
Salah satu isu yang cukup besar yang perlu diperhatikan oleh kita dalam mengoperasikan sentral telepon, baik itu berupa PABX , softswitch bahkan pada tingkat operator telekomunikasi, adalah ketersediaan sentral telepon agar mencapai 99.999% dari waktu operasinya.
Teknologi PABX pada saat ini mulai banyak di gantikan oleh IP PBX terutama berbasis Protokol, Session Initiation Protocol (SIP). Memang cukup banyak vendor besar yang membuat solusi IP PBX yang solid, seperti, Panasonic, Nortel dll. Dengan teknologi SIP, kita sangat mungkin membangun IP PBX mengunakan teknologi PC biasa menggunakan sistem operasi Linux,karena menggunakan system operasi ini dapat di gabungkan dengan berbagai servis jaringan di PC Server, seperti, e-mail server, web server, proxy server sehingga sangat membantu bagi kantor yang relatif kecil.
Memang untuk sebuah kantor kecil dengan puluhan komputer, kita dapat menyatukan seluruh servis jaringan, termasuk, IP PBX, ke dalam sebuah PC Server kelas Pentium IV dengan memory 512Mbyte. Tapi untuk sebuah kantor yang cukup besar dengan ribuan extension, kita mungkin perlu berfikir 2-3 kali untuk menyatukan seluruh sevis ke dalam sebuah PC Server kelas Pentium IV.
Solusi yang relatif murah, tapi handal bagi corporate besar maupun operator dengan ratusan ribu extension agar dapat mencapai tingkat ketersediaan layanan 99.999% adalah dengan menyatukan beberapa buah server yang saling membackup satu sama lain. Artinya, PC server yang digunakan untuk sebuah servis IP PBX bukan terdiri dari sebuah mesin, tapi beberapa buah mesin yang di satukan menjadi satu kesatuan.
Teknik menggabungkan beberapa buah server menjadi satu kesatuan untuk secara paralel / bersama-sama / saling backup untuk memberikan servis biasanya di kenal di dunia jaringan komputer sebagai teknik Clustering. Tentunya ada banyak sekali teknik clustering, kita dapat melakukan searching di Google untuk mencari tahu detail teknik tersebut.
Secara umum ada beberapa konfigurasi clustering yang sering digunakan. Konfigurasi yang paling sederhana dan murah adalah menggunakan dua (2) PC Server dengan konfigurasi active-passive. Artinya hanya satu PC Server yang aktif, sedang PC server yang lain hanya standby tidak aktif memberikan servis. Ke dua PC Server dapat dibuat dengan konfigurasi yang sama, sehingga jika sewaktu-waktu PC Server aktif mengalami gangguan dan mati maka PC Server standby akan langsung mengambil alih kegiatan / servis yang diberikan tersebut. Konfigurasi jenis ini relatif sederhana dan cukup mudah untuk di implementasikan tanpa terlalu banyak mengubah sistem operasi yang digunakan. Kerugian utama jenis konfigurasi ini adalah kita harus invest sebuah server cadangan yang mempunyai kemampuan yang hampir sama dengan server utama. Server cadangan tidak di karyakan sama sekali untuk memberikan servis pada saat standby.
Konfigurasi lain yang lebih kompleks adalah konfigurasi active-active. Pada konfigurasi active-active semua server secara aktif, secara paralel akan memberikan servis secara bersama-sama kepada client. Dengan konfigurasi ini maka kemampuan total server menjadi sangat tinggi. Secara teknis solusi active-active dapat dengan mudah dan lebih murah dilakukan jika kita mempunyai komputer multi-processor. Tapi jika kita ingin memaksakan membuat beberapa PC server melakukan servis active-active, teknik yang digunakan relatif lebih rumit karena kita harus banyak mengubah sistem operasi.
Memang, biasanya teknik clustering ini bukan merupakan bagian dari sistem operasi komputer yang kita gunakan. Artinya, kita harus menggunakan software tambahan di atas sistem operasi komputer yang kita gunakan agar PC server tersebut dapat menjadi bagian dari cluster server. Bagi anda yang menggunakan sistem operasi Linux pada server anda, anda akan cukup beruntung karena ada beberapa software tembahan bagi Linux yang dapat di ambil secara gratis di Internet agar Server Linux dapat menjadi bagian dari Cluster. Beberapa keyword yang dapat membantu mencari software Linux untuk Clustering di Google adalah linux-ha, heartbeat, drbd, lvs, dan openmosix.
Logika clustering active passive sebetulnya relatif sederhana. Intinya kita membutuhkan sebuah software untuk melakukan sinkronisasi harddisk secara periodik dari PC Server active ke PC Server passive. Dengan software ini maka kita dapat menjamin bahwa semua informasi yang ada di PC Server active sama dengan di PC Server passive. Selanjutnya, kita perlu menginstall program pada ke dua PC server tersebut yang secara virtual mendeteksi apakah PC server yang satu sedang mati atau hidup. Jika sebuah PC Server mendeteksi bahwa PC server yang lain mati, maka secara automatis akan mengambil alih IP address maupun semua servis PC server yang mati dan akan menjalankan servis bagi client menggantikan PC server yang mati tersebut.
Software yang dibutuhkan untuk melakukan konfigurasi clustering active passive dapat di ambil di Linux High Availability pada situs http://www.linux-ha.org. Pada dasarnya kita membutuhkan dua (2) buah software, yaitu, drbd dan heartbeat. Pada teknik clustering active passive tidak terlalu banyak perubahan konfigurasi pada kernel / inti sistem operasi Linux, oleh karenanya cukup mudah untuk di implementasikan.
Software drbd digunakan untuk melakukan sinkronisasi harddisk secara periodik antara berbagai server di jaringan sehingga semua data PC Server tersebut sama semua. Sehingga sewaktu-waktu kita menggantikan PC server utama dengan PC Server yang lain, tidak menjadi masalah.
Software ke dua adalah heartbeat, software ini pada dasarnya untuk membantu sebuah PC server untuk mendeteksi aktifitas PC server yang lain. Di samping itu, heartbeat dilengkapi dengan software yang akan mengkonfigurasi IP address LAN interface PC Server. Jika heartbeat mendeteksi PC server mitra kita ternyata mati, maka secara automatis heartbeat akan menset IP address LAN interface PC server kita agar menjadi IP address server utama dan servis akan langsung berjalan secara automatis. Dengan demikian client tidak perlu mengetahui adanya kegagalan dalam system.
Pada teknik yang lebih kompleks menggunakan konfigurasi active-active, digunakan software seperti Linux Virtual Server yang di compile pada kernel / inti sistem operasi linux yang akan melakukan switching servis pada berbagai server yang ada di belakang server pembagi. Sekian dulu dari saya. Trima Kasih.
2 Komentar:
Wah,.gak pusing lagi mikirin cluster PABX yg banyak nih..^^
yupz,.itulah perkembangan teknologi menuntut kita untuk truz maju lebih kedepan "klo dah mentok gmn ya??he3
keep spirit~~ thx! dah mampir ya ^^
Post a Comment